Tragedi MH370: Laporan Resmi MH370 Justru Memicu Kebingungan
wikimedia commons |
Laporan awal resmi yang dirilis oleh otoritas Malaysia soal tragedi pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 justru memicu kebingungan dan banyak pertanyaan baru. Salah satunya terhadap koordinasi lalu lintas udara antar negara yang terlihat kurang cekatan jika melihat pada fakta-fakta dalam laporan resmi tersebut.
Terungkap bahwa upaya pencarian pada 90 menit awal terbuang sia-sia ketika petugas Air Traffic Control (ATC) mencari keberadaan pesawat tersebut di negara yang salah. Demikian seperti dilansirReuters, Jumat (2/5/2014).
Ketika pesawat MH370 pertama dinyatakan hilang kontak, maka petugas ATC segera melakukan pencarian real-time, dengan memfokuskan perhatian pada celah antara apa yang diperkirakan dan apa yang benar-benar dilihat oleh petugas ATC di lapangan. Hal yang sama juga pernah memicu kebingungan pada pencarian awal pesawat Air France 447 yang jatuh di Samudera Atlantik pada tahun 2009 lalu.
Sekitar 25 menit setelah pesawat MH370 dinyatakan hilang di sekitar Teluk Thailand pada 8 Maret lalu, pihak maskapai mengatakan kepada petugas ATC bahwa pesawat tersebut telah mengudara ke wilayah udara Kamboja. Kemudian ditambahkan bahwa pesawat tersebut sudah mampu bertukar sinyal.
Namun sekitar setengah jam kemudian, pihak maskapai meyakinkan petugas ATC bahwa pesawat MH370 terbang dalam kondisi normal berdasarkan sinyal yang tertangkap di area timur, dekat wilayah Vietnam.
Tapi faktanya, ternyata pesawat tersebut belok ke arah barat dan putar balik melewati daratan Malaysia dan kemudian mengudara di jalur baru ke arah selatan, mendekati ujung Pulau Sumatera, Indonesia dan terus menuju ke Samudera Hindia, yang diyakini menjadi persemayaman terakhir pesawat yang membawa 239 orang tersebut.
Jika melihat pada peta dan kronologi kejadian yang dirilis pemerintah Malaysia pada Kamis (1/5), jalur palsu yang sempat diduga menjadi petunjuk keberadaan MH370 tampaknya telah membuang waktu para petugas ATC pada menit-menit awal.
Pesawat MH370 bisa mengudara tanpa terdeteksi ATC sipil karena transpondernya dimatikan dan tidak menjadi ancaman bagi radar militer di sejumlah negara. Pesawat tersebut bahkan terbang putar balik di Malaysia dan melewati Selat Malaka selama 1 jam ketika pihak maskapai meyakini bahwa pesawat tersebut masih ada di wilayah udara Kamboja dan kemudian masuk ke wilayah Vietnam.
Masih menurut laporan resmi pemerintah Malaysia, belakangan pihak maskapai mengatakan kepada pihak ATC bahwa informasi yang disampaikannya hanya didasarkan pada 'proyeksi' dan tidak bisa diandalkan. Atas hal ini, pihak MAS sendiri belum bisa dimintai komentar secara langsung.
Kebingungan semacam ini juga terjadi ketika pesawat Air France 447 menghilang di atas Samudera Atlantik pada 5 tahun lalu. Saat itu, menurut laporan resmi, pihak ATC setempat salah mengira jalur penerbangan virtual sebagai jalur pesawat yang sebenarnya. Hal ini tentu sempat menunda operasi pencarian.
Dalam kedua kasus tersebut, orang-orang yang ada di lapangan sebenarnya hanya melihat pada proyeksi ketika mereka berpikir bahwa mereka melihat pada data sebenarnya. Penjelasan awamnya, pihak ATC dan maskapai terkadang harus mengisi titik-titik kosong untuk mengantisipasi ke mana arah pesawat tersebut terbang.
Hal tersebut, menurut sejumlah pengamat, merupakan dampak dari semakin ramainya lalu lintas udara, termasuk di area-area terpencil. "Ini merupakan konsekuensi wajar dari cara industri tradisional lama, yang terbatas pada kemampuan komunikasi," ucap pengamat kendali lalu lintas udara, Hans Weber yang juga Presiden TECOP International.
"Petugas pada ATC mengantisipasi di mana panggilan pesawat selanjutnya datang: itu yang mereka lakukan karena itu memang menjadi tugas mereka," imbuhnya.
Untuk informasi Tragedi Malaysia Airlines lainnya Klik Ini.
Sumber berita DrtikNews
0 komentar:
Post a Comment