Tuesday, December 31, 2013

Tips Cara Sehat Kerja di Rumah

CARA CERDAS BEKERJA DI RUMAH
Tips Cara Sehat Kerja di Rumah. Orang yang bekerja di rumah kadang mengalami stres karena tidak ada teman diskusi dan lingkungan yang itu-itu saja ditambah dengan gabungan kerjaan rumah yang terus membayangi. Berikut tips sehat agar tetap nyaman kerja dari rumah tanpa gangguan stres.

Studi menunjukkan bahwa, orang yang bekerja dari rumah 15-55 persen lebih produktif daripada mereka yang bekerja di kantor. Namun, sebenarnya bekerja dari rumah pun memiliki gangguan yang tidak sedikit. Gangguan-gangguan tersebut dapat berupa gonggongan anjing, panggilan telepon dan pekerjaan rumah tangga yang malah bikin depresi.

Berikut adalah 7 cara untuk tetap produktif ketika bekerja dari rumah seperti dikutip dari FoxNewsHealth, antara lain:

1. Membuat deadline sendiri

Para ahli menyarankan menciptakan deadline sendiri untuk mengerjakan setiap tugas dapat menyebabkan jadwal lebih teratur. Menentukan deadline sendiri juga dapat menghindarkan harus melakukan lembur diakhir waktu sehingga orang bisa menjauh dari stres.

2. Buatlah daftar pekerjaan yang harus dilakukan sehari-hari

Buatlah daftar baru setiap hari dengan perkiraan yang realistis dari apa yang dapat dilakukan dalam satu hari. Beberapa orang lebih suka untuk membuat satu daftar untuk seminggu dan dengan longgar mengikutinya.

Tetapi untuk sebagian orang mungkin kurang produktif dengan deadline yang lebih lama. Harold Taylor, seorang ahli manajemen waktu, merekomendasikan untuk bekerja selama 90 menit, dan kemudian istirahat terlebih dahulu.

3. Menghabiskan waktu istirahat dengan efektif

Cobalah untuk menghabiskan waktu istirahat dengan meninggalkan kursi kerja. Setiap 90 menit, berdirilah dan lakukan peregangan atau melakukan tugas rumah tangga yang cepat, seperti mencuci piring atau menyiram tanaman.

Atau, dapat berjalan-jalan sejenak di sekitar, melakukan beberapa kali sit up atau push up. Melakukan aktivitas fisik sejenak ketika istirahat dapat menyegarkan pikiran dan membakar kalori sehingga orang terhindar dari masalah kegemukan.

4. Menciptakan rutinitas

Paling efektif bekerja di rumah adalah dengan menciptakan rutinitas sendiri untuk mengatur pekerjaan kita sendiri. Seperti misalnya dengan mendapatkan secangkir kopi dan duduk untuk kemudian langsung mulai bekerja.

Yang penting adalah membangun rutinitas yang dapat efektif untuk menyelesaikan pekerjaan. Cobalah untuk merencanakan istirahat makan siang, dan jadwal dalam waktu terbatas untuk menyelesaikan pekerjaan.

5. Mengevaluasi keefektifan penggunaan waktu kerja

Perlu untuk menyisihkan waktu yang digunakan untuk melacak bagaimana menghabiskan waktu kerja selama ini. Hal tersebut dapat untuk mengetahui gangguan apa saja yang menyebabkan kinerja tidak efektif.

6. Tidak perlu multitasking

Kemampuan untuk fokus seringkali dikacaukan dengan kemampuan multitasking. Studi menunjukkan bahwa, orang tidak memiliki kinerja yang baik ketika mereka sedang multitasking. Beberapa ahli percaya bahwa, kemampuan multitasking seseorang seringkali mengacaukan konsentrasi yang telah terbangun.

7. Tegas dalam menjaga waktu kerja

Tegas dalam menjaga waktu kerja adalah awal dari kinerja yang baik. Kita memang harus tegas ketika harus menolak ajakan seorang teman ketika jam kerja. Atau mengakhiri telepon dari kerabat ketika jam kerja. Hal tersebut dapat menjamin kinerja yang baik dan selesainya pekerjaan tepat waktu sehingga tidak jadi beban pikiran.

Saturday, December 21, 2013

Penyebab Diabetes dan Faktor Pemicunya

Penyebab Diabetes dan Faktor Pemicunya.

Sumber: Image Google.com
Gejala diabetes diperlihatkan dengan kadar gula darah tinggi dan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin. Umumnya ditandai dengan sering buang air kecil, mudah haus, penglihatan kabur, serta mati rasa di tangan atau kaki.

Tak hanya berhubungan dengan faktor genetik dan makanan mengandung gula, sejumlah faktor lain juga dapat memicu timbulnya kelainan kadar gula darah tersebut. Kenali beberapa di antaranya:



1. Stres

Studi dari Harvard School of Public Health, Boston, mengklaim bahwa depresi atau stres juga dapat memicu diabetes. Bahkan, bak lingkaran setan, diabetes juga bisa memicu depresi.

Tingkat depresi tinggi akan memengaruhi kadar gula darah dan metabolisme insulin, melalui pelepasan hormon stres atau kortisol. Sementara itu, diabetes dapat memicu stres kronis. Jadi, hubungan diabetes dan depresi tak hanya persoalan gaya hidup tak sehat, tapi juga memiliki keterkaitan secara biologis.

2. Obesitas

Memiliki berat tubuh ideal bukan sekadar persoalan estetika. Para ilmuwan menemukan alasan mengapa mereka yang gemuk atau menderita obesitas rentan terserang gangguan kesehatan kronis seperti penyakit jantung dan diabetes.

Mereka melakukan penelitian dengan melihat secara spesifik kemungkinan sindroma metabolisme pada orang gemuk. Sindroma ini umumnya ditandai gejala peningkatan tekanan darah, naiknya gula darah, kelebihan lemak pada perut dan tingkat kolesterol di luar batas.

Penelitian yang dipimpin Ishwarlal Jialal, profesor bidang endikronologi, diabetes, dan metabolisme UC Davis, mengatakan bahwa sel lemak melepaskan indikator yang berhubungan dengan kekebalan insulin serta peradangan kronis pada jantung dan pembuluh darah.

3. Kurang Minum

Mereka yang minum kurang dari dua gelas per hari memiliki potensi mengembangkan gangguan kadar gula dalam darah. Kondisi ini mengarah pada pra-diabetes yang pada akhirnya menempatkan mereka pada risiko diabetes.

Berdasar studi yang dilakukan lembaga penelitian nasional Prancis INSERM, faktor risiko itu terkait dengan produksi hormon vasopressin. Hormon yang juga dikenal sebagai hormon antidiuretik, itu berperan membantu mengatur retensi air di tubuh. Ketika tubuh mengalami dehidrasi, kadar vasopressin akan meningkat, dan membuat ginjal menghemat air. Namun, kadar vasopressin yang tinggi juga meningkatkan kadar gula darah.

Reseptor vasopressin terdapat di dalam hati, organ yang bertanggung jawab memproduksi gula di tubuh. Menyuntikkan vasopressin di tubuh orang sehat dapat memicu lonjakan gula darah seketika.

4. Makan Terburu-buru

Seperti dilansir Times of India, sebuah penelitian menyebut bahwa kunyahan cepat meningkatkan kuantitas gula dalam darah seketika. Kondisi ini membuat seseorang cenderung mengembangkan gangguan toleransi glukosa yang dikenal sebagai pra-diabetes.

Jika tidak segera diambil tindakan, bisa mengakibatkan diabetes tipe 2 dalam 10 tahun mendatang dengan angka kemungkinan mencapai 50 persen.

Dalam sejumlah penelitian terdahulu, makan dengan kunyahan cepat mengakibatkan peningkatan jumlah kalori. Otak membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menangkap sinyal perut sudah penuh. Jadi, makan cepat tak sampai 20 menit cenderung akan meningkatkan asupan sampai otak untuk menyadari perut sudah penuh.

Peningkatan kalori akibat makan terlalu cepat seperti itu pada gilirannya juga terkait dengan pra diabetes dan diabetes tipe 2.

5. Rokok

Studi Medical Center Universitas Utrecht di Belanda, menunjukkan, kebiasan merokok memicu perubahan hormon dalam tubuh, terutama wanita pascamenopause.

"Peningkatan kadar hormon seks pada perokok menunjukkan bahwa asap rokok, selain berefek langsung akibat racun karsinogenik, juga memengaruhi risiko penyakit kronis melalui mekanisme hormonal," kata Judith Merek, penulis utama studi tersebut.