Pemilu Akan Menjadi Barometer Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah menguat sejak pertengahan Februari 2014. Penguatan tersebut terjadi karena derasnya uang asing yang masuk atau capital inflow sejak awal tahun.
Capital inflow yang sifatnya uang panas itu masuk Rp 39 triliun dari Januari hingga pekan pertama Maret 2014. Ini harus jadi kewaspadaan. Apalagi jelang agenda pemilihan umum (pemilu) yang akan akan dimulai April mendatang.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti mengatakan, pemilu akan menjadi tantangan yang terbesar dalam waktu dekat. Sebab investor akan melihat dinamisme pesta rakyat tersebut.
Bila saja ada sedikit keributan atau chaos, maka investor akan khawatir dan takut. Sehingga uang panas yang tadinya masuk dan menguatkan nilai tukar rupiah akan ditarik kembali. Efeknya pun dolar dalam sekejap bisa kembali ke level Rp 12.000.
"Pemilu itu sangat menentukan. Karena investor sekarang tengah memantau dan menyimpan kekhawatiran. Kalau nantinya chaos atau sedikit ada keributan saja itu akan membuat ketakutan bagi investor. Hitungan kita doalr bisa balik lagi ke Rp 12.000," ujar Destri, seperti dikutip dari detikFinance, Jumat (14/3/2014)
Kekhawatiran dari pemilu akan diperkirakan sampai Juni mendatang. Baik pemerintah maupun BI harus dapat memberikan sinyal agar pemilu dapat berjalan tenang dan tanpa gangguan yang berlebihan.
"Jadi pemilu itu akan dipantau, masanya tidak hanya bulan April tapi sampai bulan Juni. Ada sekitar 2 bulan kedepannya," kata Destri.
Di kesempatan berbeda Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, pihak BI mewaspadai adanya penarikan tiba-tiba uang panas dari sektor keuangan dalam negeri, bila kondisi ekonomi dan politik tidak stabil, terutama di masa pemilu.
"Kalau kondisinya nggak stabil, tiba-tiba ada gejolak bisa saja," sebut Tirta.
0 komentar:
Post a Comment