Emas Sebagai Cadangan Devisa pada Negara- Negara Maju
Indikator kekayaan sebuah negara bisa dilihat dari sumber daya alam dan cadangan devisanya. Hal ini yang membedakan antara negara maju dan negara berkembang. , Beri
Yang ramai diketahui publik, biasanya negara maju memiliki pendapatan per kapita yang tinggi, SDM yang berkualitas, angka harapan hidup yang tinggi, infrastruktur dan teknologi yang modern hingga industri yang tidak tergantung pada sumber daya alam.
Namun ada yang luput dari perhatian publik, yaitu apa yang disimpan di cadangan devisa negara maju ternyata berbeda dengan yang disimpan oleh negara berkembang. Terutama jumlah emas yang dimilikinya.
"Negara maju menyimpan begitu banyak emas pada cadangan devisa mereka, sementara negara berkembang lebih senang menyimpan kertas bergambar yang mereka sebut sebagai uang kertas, valuta asing yang kebanyakan berupa dolar AS," kata Marketing Manager Logam Mulia Antam Bambang Wijanarko, seperti dikutip dari DetikFinance, Selasa (4/3/2014).
Setelah hampir dua dekade menjadi net seller emas, sambung Bambang, mulai tahun 2009 di tengah-tengah krisis keuangan dunia, bank sentral dari berbagai negara mulai berhenti menjual emas. Tahun 2010 adalah tahun pertama bank sentral berbalik posisi menjadi net buyeremas.
"Tahun 2012 bank sentral telah membeli 250 ton emas. Sebenarnya emas sangat erat kaitannya dengan sistem keuangan di dunia. Jika kita mengumpulkan seluruh emas yang sudah ditambang dari perut bumi di seluruh dunia ke dalam satu tempat, maka akan terkumpul kurang lebih 171,000 ton emas, bank-bank sentral akan memiliki sekitar seperlima dari semua emas itu atau sekitar 30,000 ton. Sangat banyak," papar Bambang.
Emas sebanyak itu diperoleh bank sentral di masa standar emas untuk penerbitan uang diberlakukan di dunia, yaitu era di mana uang benar-benar di-backup oleh emas.
Karena warisan masa lalu tersebut, terjadi kesenjangan yang sangat mencolok antar bank sentral dalam hal berapa banyak emas yang mereka miliki.
"Negara maju memiliki cadangan emas jauh lebih tinggi dalam persentase cadangan devisa mereka. Sementara itu, sebagian besar negara di dunia, khususnya negara berkembang, memiliki persentase cadangan devisa berupa emas yang jauh lebih rendah," katanya.
Berdasarkan data, negara-negara berkembang di Asia memiliki emas rata-rata kurang dari 5% dari total cadangan devisa mereka.
Pertumbuhan Cadangan Devisa
Apa yang mendorong terjadinya pergeseran tren ini? Motivasi utama dari bank sentral dalam hal ini adalah karena terjadinya pertumbuhan yang signifikan pada cadangan devisa mereka. Cadangan devisa negara-negara BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China) telah meningkat lebih dari 5 kali dalam 10 tahun terakhir.
"Bahkan di China dan Brasil meningkat lebih dari sepuluh kali lipat. Dan semua peningkatan cadangan devisa ini berupa dolar AS," jelasnya.
Emas berkorelasi negatif dengan dolar AS dan itu sangat bermanfaat bagi bank sentral karena mereka adalah pemegang dolar AS. Dengan memiliki emas dalam cadangan mereka, mereka memiliki lindung nilai yang sangat positif untuk melindungi posisi dolar AS mereka.
Sejak tahun 2007 hampir seluruh negaraemerging market (kecuali Indonesia dan Afrika Selatan) berlomba-lomba menambah cadangan emas mereka.
"Nampaknya negara-negara tersebut sudah mulai menyadari betapa rentannya mereka apabila suatu saat dolar AS hancur nilainya, krisis ekonomi di AS pada tahun-tahun tersebut membuat mereka berpikir ulang untuk mem-balancing kembali portofolio cadangan devisa mereka ke emas," tuturnya.
"Fakta di atas cukup memprihatinkan karena kita semua tahu bahwa Indonesia dan Afrika Selatan merupakan salah satu negara penghasil emas terbesar di dunia, namun bank sentral di kedua negara tersebut lebih senang mengoleksi dolar AS dalam cadangan devisanya dibandingkan dengan emas, sehingga proporsi emas dalam cadangan devisa di negara tersebut semakin kecil," imbuh Bambang.
Menurut Bambang lebih jauh, makin besar cadangan devisa yang dibutuhkan, sesuatu hal yang tidak bisa disandarkan pada sebuah janji yang tertulis pada selembar kertas. "Negara yang kuat harus memiliki sesuatu yang pasti untuk mem-back upcadangan devisanya. Dan itu adalah emas," tuturnya.
"Kalau negara belum sadar akan hal ini, sebaiknya kita mulai dari diri kita sendiri, bahwa kita sepenuhnya sadar bahwa kita adalah bangsa yang besar dan kuat, marilah kita perkuat pertahanan finansial kita masing-masing dengan menjadikan emas sebagai penyeimbang cadangan dana simpanan kita," tutup Bambang.
0 komentar:
Post a Comment