Saturday, April 19, 2014

Perubahan Musim, Ukuran Nyamuk di Indonesia Berubah Kecil dan Ganas

Perubahan Musim, Ukuran Nyamuk di Indonesia Berubah Kecil dan Ganas
 
citsoc.blogspot.com
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria masih menjadi salah satu penyakit menular mematikan di Indonesia. Tahukah Anda bahwa ternyata perubahan iklim juga mempunyai pengaruh terhadap penyebaran penyakit tersebut?

Salah satu perubahan iklim yang hangat dibicarakan adalah isu tentang pemanasan global (global warming). Hasil penelitian Kajian Kerentanan Akibat Perubahan Iklim Pada Penyakit DBD dan Malaria yang dilakukan oleh Research Center for Climate Change University of Indonesia (RCCC UI) dan Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa terdapat kenaikan suhu 2 - 2,5 derajat celcius pada tahun 2100 dengan kenaikan per dekade mencapai 0,2 derajat celcius.

Kenaikan suhu menurut Ketua Bidang Riset RCCC UI Dr Budi Haryanto dapat menyebabkan perubahan pula pada nyamuk penyebar penyakit DBD dan Malaria. Kenaikan suhu menurutnya, dapat membuat rata-rata kehidupan nyamuk menjadi lebih pendek, namun frekuensi makannya lebih sering.

"Rata-rata suhu optimum untuk perkembangbiakan nyamuk antara 25-27 derajat celcius, dan waktu hidup 12 hari. Tapi karena pemanasan global, suhu menjadi 32-35 derajat celcius, sehingga frekuensi makan nyamuk menjadi lebih sering dan cepat. Hanya 7 hari," paparnya pada acara pembacaan hasil penelitian tersebut di Hotel Santika, Jl Pintu 1 TMII, Jakarta Timur, Kamis (17/4/2014).

Tak hanya nyamuk yang semakin lapar dan ganas, pemanasan global juga membuat ukuran nyamuk menjadi lebih kecil dari ukuran normal. Sehingga nyamuk pun menjadi lebih cepat dan lebih agresif dalam menularkan penyakit.

"Perubahan tersebut dapat menimbulkan risiko penularan menjadi 3 kali lipat lebih tinggi," sambungnya lagi.

Tak hanya pemanasan global, perubahan pada kelembapan dan curah hujan pun turut berpengaruh terhadap adaptasi nyamuk. Curah hujan tinggi dan terus menerus yang mengakibatkan banjir dapat membuat sarang nyamuk hanyut sehingga populasi nyamuk berkurang.

"Akan tetapi curah hujan seperti sekarang yang sedang tapi panjang dan terus menerus malah akan menambah sarang nyamuk, sehingga meningkatkan risiko terjangkit penyakit DBD dan Malaria," sambungnya lagi.

Direktur bidang kesehatan lingkungan dari Kemenkes drh. Wilfred H. Purba MM M.Kes mengatakan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk mengurangi kasus penyakit akibat nyamuk tersebut, terutama DBD dan Malaria.


"Kalau untuk DBD kan kita sering lakukan pembagian abate, sosialisasi ke masyarakat juga fogging. Sedangkan untuk malaria karena nyerangnya malam, kita bagikan kelambu untuk tempat tidur," pungkasnya.

Sumber berita DetikHealth

0 komentar:

Post a Comment