Wednesday, April 16, 2014

Pengalaman Ferina Widodo Mengasuh Anak Kedua yang Autis

Pengalaman Ferina Widodo Mengasuh Anak Kedua yg Autis
autismsupport-somd.org
Mungkin tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menyandang autisme. Sang anak pun pasti tidak ingin lahir ke dunia ini sebagai seorang autis. Memiliki anak autisme punya tantangan tersendiri. Bahkan tidak jarang ada penolakan di lingkungan masyarakat terhadap anak spesial ini. Seperti diungkapkan oleh Ferina Widodo. 

Anak keduanya yang lahir pada 1994, Wisnubroto Putra Widodo didiagnosa autisme sejak kecil. Saat itu dirinya harus meninggalkan karirnya yang cemerlang sebagai penyanyi yang tergabung dalam Elfas Singers. Padahal profesi itu sudah dia tekuni selama 12 tahun.

"20 tahun lalu pengetahuan saya tentang autis masih terbatas, karena tidak semua dokter, psikolog, guru mengerti autisme apalagi orang tua. Bersama suami, kami kompak merawat membesarkan Wisnu, dan menjadi motivator bagi orang tua yang anaknya penyandang autisme," tutur Ferina di Istana Negara, Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Ferina juga bercerita ketika anaknya ditolak saat bermain di sebuah wahana permainan umum. Dia sangat kecewa dan terpukul. Lalu dia melayangkan surat protes kepada pengelola dan dimuat juga di salah satu surat kabar terkemuka.

"Pengalaman menyedihkan kami lalui, suatu hari Wisnu dilarang bermain di wahana umum hanya karena dia penyandang autis, padahal Wisnu yang biasanya bermain aktif sering menyambangi wahana tersebut. Saya mengirim surat kepada pengelola dan ke surat kabar, pengelola akhirnya meminta maaf dan sejak itu kami mendapat support dari orangtua penyandang autisme," ungkapnya.

Saat ini Ferina aktif di Yayasan Autisme Indonesia. Dia berpesan kepada para orang tua yang anaknya menyandang autisme agar tidak putus asa merawat anaknya.

"Kita dititipkan oleh tuhan anak-anak spesial, berarti kita orang tua spesial, hanya kita yang bisa. Jadilah orang tua yang cerdas dan selalu haus ilmu bagi perkembangan anak kita, jangan sia-siakan mereka. Jangan tolak mereka, karena mereka cahaya selalu menerangi keluarga kita, " imbaunya.

"Bagi kami peduli itu tidak cukup tahu autisme, tapi menerima keberadaan anak kami dengan kasih sayang tidak terhingga. Karena mereka tidak mau dilahirkan sebagai anak penyandang autis" tutupnya.

Sumber berita DetikNews

0 komentar:

Post a Comment