BENDA PUSAKA KERATON YOGYAKARTA : Terkena Abu Kelud Akan Segera Dibersihkan
Hujan abu vulkanik Gunung Kelud yang terjadi pekan lalu lalu menyelimuti Keraton Yogyakarta. Selain menyelimuti bangunan Keraton, abu Gunung Kelud ternyata juga menyelimuti benda-benda pusaka milik keraton.
Meski benda-benda pusaka berada di dalam ruangan khusus, namun abu tetap bisa masuk melalui sela-sela bangunan. Ribuan pusaka Keraton Yogyakarta tersebut ditempatkan dalam tempat khusus di Bangsal Proboyekso. Pusaka-pusaka keraton masih menunggu untuk dibersihkan, karena pembersihan pusaka tidak bisa dilakukan sembarang orang.
Kerabat Keraton Yogyakarta yang juga adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Prabukusumo mengatakan, pembersihan tempat penyimpanan pusaka Bangsal Proboyekso akan dilakukan pada hari-hari tertentu. Pembersihan akan dilakukan oleh abdi dalem yang bertugas khusus merawat pusaka yakni abdi dalem konco hinggil. Serta akan dibantu dari organisasi perkerisan Pamerti Wiji. Pembersihan pusaka keraton juga harus menunggu dawuh dalem (perintah Sultan).
"Pembersihan akan segera dilakukan pada minggu-minggu ini, pada malam Selasa atau malam Jumat. Butuh waktu sekitar 2-4 hari untuk membersihkan pusaka-pusaka Keraton," kata GBPH Prabukusumo, di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Senin (24/2/2014).
Pusaka-pusaka keraton yang terkena dampak abu tersebut di antaranya keris, tombak, pedang dan lain-lain. Jika dilihat debu abu vulkanik memang terlihat tipis, namun jika disentuh sangat kotor. Untuk keris memang ditempatkan di almari khusus, sementara tombak dilindungi dengan bungkus. Namun debu tetap bisa masuk.
Sementara untuk kereta pusaka dan gamelan pusaka telah dibersihkan lebih dulu.
Pembersihan abu vulkanik di Keraton Yogyakarta telah mencapai 90 persen. Tinggal tempat-tempat tertentu yang belum dibersihkan karena harus ekstra hati-hati. Bagian yang belum dibersihkan antara lain Kaputren, tempat penyimpanan pusaka (Bangsal Probeyekso) kemudian talang (jalan air) yang berada di atap.
"Untuk yang ditalang harus ekstra hati-hati, ada cara-cara tersendiri. Karena jika diinjak bisa pecah," katanya.
Kondisi alun-alun yang dulu dipenuhi abu vulkanik, kini juga sudah kembali bersih. Kawasan alun-alun, baik alun-alun utara maupun selatan sudah kembali ramai. Kunjungan wisata di keraton juga sudah normal kembali.
Hujan abu vulkanik Gunung Kelud yang terjadi pekan lalu lalu menyelimuti Keraton Yogyakarta. Selain menyelimuti bangunan Keraton, abu Gunung Kelud ternyata juga menyelimuti benda-benda pusaka milik keraton.
Meski benda-benda pusaka berada di dalam ruangan khusus, namun abu tetap bisa masuk melalui sela-sela bangunan. Ribuan pusaka Keraton Yogyakarta tersebut ditempatkan dalam tempat khusus di Bangsal Proboyekso. Pusaka-pusaka keraton masih menunggu untuk dibersihkan, karena pembersihan pusaka tidak bisa dilakukan sembarang orang.
Kerabat Keraton Yogyakarta yang juga adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Prabukusumo mengatakan, pembersihan tempat penyimpanan pusaka Bangsal Proboyekso akan dilakukan pada hari-hari tertentu. Pembersihan akan dilakukan oleh abdi dalem yang bertugas khusus merawat pusaka yakni abdi dalem konco hinggil. Serta akan dibantu dari organisasi perkerisan Pamerti Wiji. Pembersihan pusaka keraton juga harus menunggu dawuh dalem (perintah Sultan).
"Pembersihan akan segera dilakukan pada minggu-minggu ini, pada malam Selasa atau malam Jumat. Butuh waktu sekitar 2-4 hari untuk membersihkan pusaka-pusaka Keraton," kata GBPH Prabukusumo, di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Senin (24/2/2014).
Pusaka-pusaka keraton yang terkena dampak abu tersebut di antaranya keris, tombak, pedang dan lain-lain. Jika dilihat debu abu vulkanik memang terlihat tipis, namun jika disentuh sangat kotor. Untuk keris memang ditempatkan di almari khusus, sementara tombak dilindungi dengan bungkus. Namun debu tetap bisa masuk.
Sementara untuk kereta pusaka dan gamelan pusaka telah dibersihkan lebih dulu.
Pembersihan abu vulkanik di Keraton Yogyakarta telah mencapai 90 persen. Tinggal tempat-tempat tertentu yang belum dibersihkan karena harus ekstra hati-hati. Bagian yang belum dibersihkan antara lain Kaputren, tempat penyimpanan pusaka (Bangsal Probeyekso) kemudian talang (jalan air) yang berada di atap.
"Untuk yang ditalang harus ekstra hati-hati, ada cara-cara tersendiri. Karena jika diinjak bisa pecah," katanya.
Kondisi alun-alun yang dulu dipenuhi abu vulkanik, kini juga sudah kembali bersih. Kawasan alun-alun, baik alun-alun utara maupun selatan sudah kembali ramai. Kunjungan wisata di keraton juga sudah normal kembali.
0 komentar:
Post a Comment