Tuesday, January 6, 2015

Epub Sajarah Banten Suntingan dan Terjemahan Teks KBG 183 Online

Epub Sajarah Banten Suntingan dan Terjemahan Teks KBG 183 Online

perpusnas.go.id
Sajarah Banten Suntingan dan Terjemahan Teks KBG 183 Online adalah buku digital   dalam format EPUB dan  FlipBooks yang ditampilkan dalam format 3D yang bisa dibuka-buka (flipping). Silahkan Klik gambar bukunya untuk langsung terhubung dengan file onlinenya (digital). Untuk baca ebook lainnya Klik Ebook. PC baca file EPUB dapat Unduh Drivernya dihttp://www.epubread.com/en/.

Untuk Smartphone dapat unduh drivernya di Play Store (UB epub reader).

"Naskah (KBG 183)  ini tercatat dalam Jaarboek (1933: 351 dan 373) dan Literature of Java (1967: 875) dengan judul "Sajarah Banten". Dahulu naskah ini merupakan koleksi Museum van het Koninklijk Bataviaas Genootschap van Kunsten en Wetenschappen tetapi saat ini disimpan di Perpustakaan N asional Republik Indonesia, Jakarta.      Naskah dilindungi oleh karton tebal warna abu-abu muda berukuran 21 x 16,5 yang dibentuk seperti kotak dan diberi dua utas tali sebagi penguncinya. Sampul naskah dari karton tebal warna coklat tua bermotif batik, ukurannya 20, 5 x 16,5 cm. Pelindung teks, di bagian depan terdiri atas tiga lembar kertas p olos dan dibadgian belakang, satu lembar.      Tebal naskah 87 halaman tetapi teks dimulai dari halaman 2 sampai dengan dengan 86. Halaman 1 tidak terdapat teks hanya berupa gambar tiang bendera dengan bendera berwarna (dari atas ke bawah) biru ungu kuning, dan di bawah tiang terdapat tulisan"Keraton Makuan Banten ", sedangkan ha laman 87 merupakan halaman koson g. Nskah di bangun oleh 4 kuras, kuras pertama dan kedua masing-masing terdiri atas 4 lembar, kuras ketiga 5 Iembar, dan kuras keempat 9 lembar.
Keadaan naskah tidak begitu baik, karena lembaran-Iembaran kertasnya sudah terlepas dari benang kurasnya tetapi teksnya masih baik Pada naskah juga terdap at banyak ilustrasi berupa gambar- gambar yang disesuaikan dengan isi teksnya, umpamanya gambar perahu, senjata, bangunan istana dan sebagainya.   Bahan naskah kertas Eropa dengan cap kertas berupa gambar singa yang berdiri dalam perisai oval. bermahkota. Di bagian atas perisai ada tulisan EENDRAG MAAKT MAGT dan cap bandingan GERHARD LOEBER. Adapun garis bayang halus yang tampak dalam 1 cm ada 6 garis dan jarak antar dua garis bayang tebal rata-rata 2,8 cm.      Teks ditulis dalam bingkai baca yang dibuat dengan pinsil berukuran 16 x 11, 3 cm. Setiap halaman rata-rata berisi 13 baris, keculi halaman 1 berisi 11 baris dan halaman 86 hanya 4 baris. Nomor halaman (sebagai penanda kuras) ditulis dengan pinsil, berupa angka Arab diterakan di margin atas tengah.      Teksnya disusun dalam tembang macapat 7 pupuh yang dibangun oleh 235 pada, dengan tulisan pegon dalam bahasa Jawa Banten. Tinta yang digunakan untuk menuis teks berwarna hitam, rubrikasi untuk penanda koma, titik dan ganti pupuh menggunakan tinta berwarna ungu. Di margin bawah terdapat kata alihan (catchword) yang sering juga terdiri atas beberapa kata.

Ringkasan Cerita Teks Sajarah Banten versi KBG 183;
Pupuh 1, Asmarandana: 50 bait    
Cerita diawali dengan silsilah Molana Hasanuddin dalam garis naik (Ia keturunan Nabi Muhammad). Dilanjutkan dengan pengislaman Banten oleh Molana Hasanuddin atas perintah ayahnya, Sunan Gunungjati. Molana ke Banten ditemani dua orang santri bernama Jong dan Jo. Dalam pengislaman Banten Molana hasundin bertemu dengan Pucuk Umun, pemimpin para pendeta buda. Setelah mengadu kesaktian, Pucuk Umun merelakan anak buahnya masuk Islam tetapi ia sendiri tetap tidak mau dan akhirnya musnah.    Pupuh II. Sinom: 17 bait
Molana Hasanuddin pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah bersama ayahnya. Sekembalinya dari Mekah ia mendirikan kesultanan Banten dan ia dinobatkan sebagai Sultan Banten. Molana Hasanuddin membangun keraton Surosowan dan membangun masjid Karangantu. Setelah wafat Molana Hasanuddin digantikan oleh putranya, Molana Yusup. paad masa pemerintahanya, dibangun Keraton Pakuwan dan masjid Kaparnatan. Secara singkat disebutkan raja-raja Banten sesudah Molana Yusup, sampai saat Sultan Ageng. menjabat sebagai sultan Banten. Ketika itu, putranya yang bernama Pangeran Dakar ingin pergi haji ke Mekah. Pada mulanya tidak boleh, tetapi akhirnya diizinkan dengan syarat, ketika pulang tidak boleh mampir di Pulau Putri.
Pupuh III. Kinanthi: 37 bait.
Sepulangnya dari Mekah, kapal Pangeran Dakar terdampar di Pulau Putri, ia jatuh cinta dan menikah dengan putri pulau itu. Raja Pandita, kakak laki-Iaki putri itu mendapat pakaian haji Pangeran Dakar. Sultan Haji (palsu, kakak putri) membuat perjanjian dengan Belanda untuk merebut takhta Banten. Pangeran Haji ke Banten untuk bertemu dengan Sultan Ageng, tetapi Sultan Ageng tidak mau menemuinya bahkan mempersiapkan pasukan perang.
Pupuh IV. Pangkur: 41 bait.
Pangeran Haji (paIsu) kecewa karena Sultan Ageng, tidak menerimanya. ia menagih janji pada Belanda untuk membantunya menggempur Sultan Ageng. Sultan Ageng minta bantuan kepada Inggris, tetapi Inggris tidak mau. Sultan Ageng lalu pergi meninggalkan keraton Surosowan menuju Sawah Luhur dan membangun keraton baru di Tirtayasa. Pasukan Belanda tiba di Banten, tetapi keraton Surosowan sudah kosong, keraton diduduki Pangeran Haji. Pangeran Haji naik takhta menjadi sultan Banten dengan gelar Sultan Haji. Peperangan antara Sultan Haji yang dibantu Belanda dengan Tubagus Buang dan Ki Tapa.
Pupuh V. Durma: 29 bait.
Pemerintahan Sultan Haji. Pasukan Sultan Haji dan Belanda menyerbu Tirtayasa. Sultan Ageng pergi dan menyepi di hutan Rancasila. Munculnya pemberontakan Tubagus Buang.
Pupuh VI. Kinanthi: 37 bait.
Pangeran Haji (asli) yang berada di Pulau Putri sadar akan kesalahannya ia ingin pulang ke Banten.Tuhan mengabulkan doanya. Pangeran Haji dibawa kembali ke Mekah oleh malaikat Jibril dan menunaikan ibadah haji lagi. Syekh Ahmad memberitahukan jalan pulang Panger an Haji ke Banten, yaitu melalui sumur air zam-zam.Setelah menyelam berkali-kaliPangeran Haji dapat kembali ke Banten, dengan syarat tidak boleh menuntut takhta dan mengganti namanya menjadi Haji Mangsur.
Pupuh VII: Pangkur.
Pasca pemberontakan Sultan Haji. Pemerintahan Sultan Ambon, ia digantikan oleh Ratu Saripa. Masa pemerintahan Sultan Ishak. Pada masa pemerintahanyak terjadi perseteruan dengan Belandak karena Belanda memaksa Sultan Banten u tuk membuat dua buah loji di Pulo Merak dan Jungkulon. Oleh karena Sultan Ishak menolak keinginan Belanda, maka ia ditangkap dan dibawa ke Betawi."

sumber;perpusnas.go.id (KBG 183).

0 komentar:

Post a Comment