Tuesday, January 27, 2015

Epub Manuskrip Sanghyang Tatwa Ajnyana : Teks dan Terjemahan Online

Epub Manuskrip  Sanghyang Tatwa Ajnyana : Teks dan Terjemahan Online

http://opac.pnri.go.id/DetaliListOpac.aspx?pDataItem=Sanghyang+Tatwa+Ajnyana&pType=Title&pLembarkerja=-1
perpusnas.go.id
Buku ini merupakan hasil penyalinan ulang naskah koleksi Perpustakaan Nasional berjudul Manuskrip  Sanghyang Tatwa Ajnyana : Teks dan Terjemahan  Online adalah buku digital   dalam format EPUB dan  FlipBooks yang ditampilkan dalam format 3D yang bisa dibuka-buka (flipping). Silahkan Klik gambar bukunya untuk langsung terhubung dengan file onlinenya (digital). Untuk baca ebook lainnya Klik Ebook. PC baca file EPUB dapat Unduh Drivernya dihttp://www.epubread.com/en/, atau http://calibre-ebook.com/.
Untuk Smartphone dapat unduh drivernya di Play Store (UB epub reader), 
 
"Sanghyang Tatwa Ajnyana (STA) yang diterbitkan kali ini berasal dari naskah kropak 1099. Saat ini naskahnya tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta dengan nomor koleksi L 1099 peti 68.

Kropak 1099 ditulis di atas daun gebang, sejenis daun palem yang oleh para sarjana sebelumnya disebut nipah. Nipah dan gebang sebetulnya merupakan spesies tumbuhan yang berbeda, meski termasuk dalam kelompok yang sama, yaitu palm. Istilah gebang yang digunakan sebagai media menulis sempat tercatat dalam teks Sanghyang Sasana Maha Guru (SSMG:3), sebuah teks Sunda kuna dari abad ke-16 sebagai berikut:

Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring taal, dingaranan ta ya carik, aya éta meunang utama, kénana lain pikabuyutaneun. Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring gebang, dingaranan ta ya ceumeung, ini ma iña pikabuyutaneun. (SSMG: 3 dalam Gunawan, 2009)

Dari kutipan di atas patut dicatat dua hal penting yang membedakan antara lontar dan gebang. Pertama, tulisan di atas lontar dinamakan carik (goresan), karena ditulis menggunakan péso pangot (pengutik) dengan cara digores. Sementara tulisan di atas gebang yang dinamakan ceumeung 'hitam'. Jelas kiranya, bahwa yang dimaksud gebang adalah apa yang biasa disebut dengan nipah yang ditulis menggunakan tinta hitam.

Kedua, perbedaan penggunaan media agaknya turut membedakan fungsi tulisannya. Naskah lontar bukan untuk kabuyutan (lain pikabuyutaneun), melainkan ditujukan bagi pembaca (atau pendengar) sebagai sarana memperoleh keutamaan (meunang utama), sedangkan naskah gebang dipergunakan untuk kelompok yang lebih khusus, yaitu kabuyutan (pikabuyutaneun). Keterangan ini sesuai dengan kenyataan, bahwa pada umumnya naskah lontar berbentuk puisi yang pola metrumnya berkaitan erat dengan carita pantun1, tradisi lisan Sunda di masa.
 
Kropak 1099 dibungkus oleh kotak kayu berwarna merah, berukuran 24,5 x 3,7 cm. Naskah terdiri dari 70 lempir dan mengandung 4 baris setiap lempirnya. Ditulis menggunakan aksara Buda/ Gunung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda Kuna, sementara teksnya berbentuk prosa. Penomoran naskah menggunakan nomor asli, terletak di sebelah kiri teks setiap halaman verso.
 
Kropak 1099 diperkirakan berasal dari kabuyutan Koléang, Jasinga (NBG 50, 1912: 44 & 86; NBG 51, 1913: 24; Krom, 1914: 32). Susunan lempir masih berurutan. Penomoran halaman angka asli (Aksara Buda), nomor 1–69. Lempir 50 patah akibat gigitan ngengat." Sumber: perpusnas.go,id

0 komentar:

Post a Comment