Monday, August 4, 2014

Ignatius Ryan Tumiwa Meminta Mahkamah Konstitusi Melegalkan Upaya Bunuh Dirinya

Ignatius Ryan Tumiwa Meminta Mahkamah Konstitusi Melegalkan Upaya Bunuh Dirinya

kanal3.bersama.web.id

Seorang warga Taman Sari, Jakarta Barat, meminta Mahkamah Konstitusi (MK) untuk melegalkan bunuh diri dengan cara disuntik. Ignatius Ryan Tumiwa itu ingin bunuh diri lantaran dirinya  putus asa tidak punya pekerjaan. Oleh sebab itu, Ryan meminta Mahkamah Konstitusi (MK) memuluskan upaya bunuh dirinya dengan menghapus pasal 344 KUHP.

Menurutnya, bunuh diri itu bukan sesuatu untuk dilarang. Ryan mengatakan peraturan yang melarang dirinya untuk dilakukan suntik mati merupakan hal yang merugikan haknya sebagai warga negara.

"Karena suntik mati ini bukan hanya untuk orang seperti saya saja, tapi buat orang tua yang stroke. Misalnya daripada bengang-bengong lebih baik disuntik mati saja, daripada mereka mati pelan pelan," terang Ryan.
 
Ryan mengaku, bila ingin menyuntik mati dirinya maka dia akan dihukum sesuai pasal 344 KUHP. Pasal tersebut berbunyi:

Barang siapa yang menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, akan dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun.


Meski seorang pengangguran, Ryan ternyata cukup berpendidikan. Dia adalah lulusan S2 Universitas Indonesia (UI) jurusan Administrasi Fiskal tahun 1998. Sejak kecil dia tinggal di Jalan Taman Sari, Jakarta Barat. Hidupnya pada dahulu kala tergolong serba berkecukupan. Tapi, itu hanya masa lalu.

Kini dia hidup susah, bahkan saudara kandungnya pun seolah tak mempedulikannya. Kondisi rumah Ryan kini kumuh, kusam dan kotor. Saat hujan datang, rumah itu bak kapal bocor karena plafonnya sudah bobrok.

Dengan tinggi pagar sekitar 2 meter pekarangan rumah Ryan hanya dihiasi rumput-rumput liar. Kehadiran rumput liar di sudut-sudut halaman menandakan rumah ini tidak pernah dirawat.

Di dalam rumah kondisi lebih parah, udara pengap langsung menyeruak ketika pintu dibuka. Di ruang tamu terdapat sofa lusuh yang di atasnya terdapat puluhan plastik menumpuk. Bau tak sedap mengudara di dalam rumah Ryan.

Saat melanjutkan ke ruang keluarga di sana kondisi juga sama. Terdapat koran lama yang sudah menguning di sudut ruangan dan tak ketinggalan bungkusan sampah makanan juga berserakan di sekitar sana.

Para tetangga mengatakan, Ryan memang seperti orang yang depresi. Padahal, saat SD, Ryan merupakan orang yang pintar. Tak jarang dia mendapat rangking sebagai siswa berprestasi di kelasnya.

"Dia itu stress sebenernya. Dari kecilnya dia sudah menunjukan kecenderungan seperti itu. Saya itu satu sekolah sama saya. Dari jaman sekolah dia itu pinter, rangking terus di sekolah. Saya pisahnya pas SMP," ujar Akioe, tetangga Ryan, seperti dikutip dari Majalah Detik.

Sumber berita DetikNews

0 komentar:

Post a Comment