Mengenal Lebih Dekat Virus Hepatitis B dan C, Bagaimanakah Cara Penularannya
dokterandrie.blogspot.com
Hepatitis B dan C yang sering dikenal sebagai ‘sakit kuning’ atau
‘sakit liver’ adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis B bisa
ditularkan dari orang ke orang melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, dan cairan vagina; sedangkan virus hepatitis C bisa ditularkan melalui kontak/hubungan darah ke darah.
Dalam jangka panjang, hepatitis B dan C bisa menjadi kronis dan
mengakibatkan kerusakan hati, pengerasan hati (sirosis) , kanker hati,
bahkan kematian.
Penderita hepatitis B dan C seringkali tidak menyadari dirinya telah
terinfeksi selama bertahun-tahun hingga kondisinya memburuk, sebab 7 dari 10 kasus hepatitis B dan C tidak menunjukkan gejala.
Oleh sebab itu, hepatitis B dan C dapat dengan mudahnya menyebar tanpa
disengaja, misalnya melalui peralatan yang akrab pada kehidupan
sehari-hari seperti gunting kuku, pisau cukur, dan sikar gigi.
Peralatan
tersebut seringkali saling dipinjamkan, sehingga rentan menularkan
hepatitis B dan C. Gunting kuku misalnya, saat dipakai oleh seorang
penderita hepatitis B atau C, maka terjadilah kontak darah yang
terkontaminasi virus hepatitis B atau C yang bukan tidak mungkin dapat
menularkannya kepada orang lain.
Keberadaan virus hepatitis B dan C dapat diketahui secara awal melalui pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HBs atau HBsAg untuk virus hepatitis B dan Anti-HCV untuk virus hepatitis C. Pemeriksaan laboratorium tersebut sangat dianjurkan, terutama bagi orang-orang yang berisiko yakni :
1. Memiliki orang tua/keluarga terinfeksi hepatitis B/C, terkena penyakit hati atau kanker hati.
2. Pernah berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi hepatitis B/C kronis.
3. Pernah melakukan transfusi darah, prosedur medis yang tidak steril.
4. Menggunakan obat-obatan yang disuntikkan dan pernah berbagi alat yang sama dengan orang lain.
5. Pernah berbagi dan menggunakan pisau cukur atau sikat gigi yang sama dengan orang lain.
Jika hasil pemeriksaan non reaktif atau negatif, cegah penularan,
lakukan gaya hidup sehat, kenali faktor resiko infeksi, proteksi diri
dengan vaksinasi dan cek keberhasilannya. Jika hasil pemeriksaan reaktif
atau positif, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan
serta pemeriksaan lebih lanjut untuk pemantauan selama dan setelah
terapi supaya pengobatan lebih efektif.
Sumber berita Kompas.com
0 komentar:
Post a Comment