Thursday, August 7, 2014

Cerita Mantan Paspampers Ketika Mengawal Presiden RI

Cerita Mantan Paspampers Ketika Mengawal Presiden RI


Mengawal dan memberikan jaminan keselamatan bagi presiden dan wakil presiden adalah tugas utama bagi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Untuk menjamin keselamatan itu, Paspampres pun kerap membuat standar keamanan sangat ketat di sekeliling presiden atau wakil presiden yang masuk kategori very very important person (VVIP).

Tak heran jika Paspampres kemudian diibaratkan sebagai perisai hidup simbol negara. Untuk itu, Paspampres mempersiapkan segala prosedur pengamanan terhadap VVIP yang dilakukan dalam jarak dekat, pengamanan perjalanan, keamanan makanan dan medis, hingga penyelamatan VVIP dalam kondisi darurat.

Mantan Komandan Paspampres era Presiden Megawati Soekarnoputri, Letnan Jenderal (Purn) Nono Sampono, bercerita betapa repotnya melakukan pengamanan bagi orang nomor satu di negeri ini. Pasalnya, Nono mengungkapkan, keselamatan presiden dan wakil presiden bukan hanya tanggung jawab dari TNI, melainan juga menyangkut prestise sebuah negara di mata dunia. "Kalau ada apa-apa, Panglima TNI yang akan digantung karena ini menyangkut nama negara," ujar Nono saat dihubungi, Kamis (7/8/2014).

Dalam sebuah pengamanan normal, lanjut Nono, Paspampres biasa menerapkan pola pengamanan tiga ring. Ring pertama adalah pengamanan yang paling dekat dengan VVIP. Ring kedua dan ketiga berada di lapis luar sekitar VVIP, yang biasanya dijaga oleh TNI dan Polri.

Setiap presiden dan wakil presiden mendapat pengawalan dari sekitar 300-400 personel dengan jam kerja bergiliran. Menurut Nono, jumlah pengawalan yang melekat ini bisa berubah-ubah setiap waktunya bergantung pada kebutuhan dan tingkat ancaman yang ada. Namun, dia menegaskan, untuk beberapa acara seperti upacara 17 Agustus, peringatan HUT TNI, atau upacara menerima tamu kehormatan, sudah ada standar yang tak bisa diubah oleh siapa pun meski presiden berganti.

Meski demikian, Nono menyadari setiap presiden memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Pada zaman Presiden Soeharto, misalnya, Paspampres diberdayakan secara maksimal. Bahkan, pengamanan presiden melibatkan satuan Koramil dan Kodim wilayah.
"Lalat pun nggak bisa masuk Istana kalau zaman Pak Harto," seloroh Nono.

Menyesuaikan dengan kemauan kepala negara
Semenjak zaman reformasi bergulir, Istana menjadi lebih terbuka. Pada masa Presiden Megawati, Nono menuturkan, pihaknya kerap dibuat pusing dengan keinginan Megawati yang spontan ingin makan nasi goreng di pinggir jalan hingga blusukan ke pasar-pasar tradisional."Menghadapi keinginan presiden itu, kita harus selalu siap menyesuaikan," ujar Nono.

Misalnya, Megawati tidak suka pengamanan berlebihan saat melakukan tinjauan ke pasar. Dia juga sering bersalaman dengan masyarakat dari dalam mobil. "Kalau sudah begitu, kita melakukan penebalan pengawalan di sekitarnya. Pokoknya, Paspampres terbiasa menyesuaikan setiap gaya presiden," katanya.
Oleh karena itu, Nono mengaku tak terlalu khawatir akan keinginan Jokowi untuk tak mau dikawal secara berlebihan. Menurut dia, Paspampres pasti memiliki cara dalam menjamin keselamatan presiden dan wakilnya.

"Hanya semakin tidak mau dikawal, semakin ekstra kerja keras Paspampres. Konsekuensinya memang begitu. Maka dari itu, pasti ada pembicaraan antara Komandan Paspampres, Sesmil, dengan presiden dan wapres terpilih soal pengamanan," ungkap Nono.

Dia pun meminta apabila nantinya memang benar-benar diberikan tampuk kekuasaan tertinggi di negeri ini, Jokowi juga bisa memahami tugas Paspampres. Jokowi harus menyadari akan risiko ancaman keselamatan terhadapnya yang semakin meningkat begitu menjadi presiden.

Sumber berita Kompas.com

0 komentar:

Post a Comment