Sunday, March 8, 2015

Epub “ Tasawuf dalam Naskah Melayu : Transliterasi Naskah” Online

Epub “ Tasawuf dalam Naskah Melayu : Transliterasi Naskah”  Online

http://opac.pnri.go.id/DetaliListOpac.aspx?pDataItem=Tasawuf+dalam+Naskah+Melayu&pType=Title&pLembarkerja=-1
perpusnas.go.id
Buku ini merupakan hasil penyalinan ulang naskah koleksi Perpustakaan Nasional berjudul  Tasawuf dalam Naskah Melayu Online adalah buku digital   dalam format EPUB dan  FlipBooks yang ditampilkan dalam format 3D yang bisa dibuka-buka (flipping). Silahkan Klik gambar bukunya untuk langsung terhubung dengan file onlinenya (digital). Untuk baca ebook lainnya Klik Ebook. PC baca file EPUB dapat Unduh Drivernya dihttp://www.epubread.com/en/, atau http://calibre-ebook.com/.

Untuk SMARTPHONE dapat unduh drivernya di Play Store (UB epub reader), 
 “Istilah "tasawuf" (sufism), berasal dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa. Banyak pendapat tentang alasan atas asalnya dari sha wa fa. Ada yang berpendapat, kata itu berasal dari shafa yang berarti kesucian. Menurut pendapat lain kata itu berasal dari kata kerja bahasa Arab safwe yang berarti orang-orang yang terpilih. Sebagian berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata shafwe yang berarti baris atau deret, yang menunjukkan kaum muslim awal yang berdiri di baris pertama dalam salat atau dalam perang suci. Sebagian lagi berpendapat bahwa kata itu berasal dari shuffa, ini serambi rendah terbuat dari tanah liat dan sedikit nyembul di atas tanah di luar Mesjid Nabi di Madinah, tempat orang-orang miskin berhati baik yang mengikuti beliau sering duduk- duduk. Ada pula yang menganggap bahwa kata tasawuf berasal dari shuf yang berarti bulu domba, yang menunjukkan bahwa orang-orang yang tertarik pada pengetahuan batin, kurang mempedulikan penampilan lahiriah dan sering memakai jubah sederhana yang terbuat dari bulu domba sepanjang tahun. Tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan. Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui penyucian rohnya. Hakekat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan[…]”

Di wilayah Aceh, pada sekitar permulaan abad sebelas hijriah datang ulama nusantara, yang sekarang namanya diabadikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yaitu Syaikh Nuruddin ar-Raniri. Nama lengkapnya Muhammad ibn'Ali ibn Hasan ibn Muhammad al-Raniri al-Qurasyi al-Syafi‟i. Syaikh Nuruddin ar-Raniri pernah belajar kepada al-Imam Abu Hafsh'Umar ibn'Abdullah Ba Syaiban al-Hadlrami di Tarim Hadramaut Yaman. Syaikh Nuruddin ar-Raniri masuk ke wilayah tasawuf melalui tarekat al- Rifa‟iyyah.Tarekat al-Rifa‟iyyah dikenal sebagai tarekat yang kuat memegang teguh akidah Ahlussunnah. Para pemeluknya di dalam fikih dikenal sebagai orang-orang yang konsisten memegang teguh madzhab asy-Syafi‟i, sementara dalam akidah sangat kuat memegang teguh akidah Asy‟ariyyah. Tarekat ini sama sekali tidak memberi ruang sedikitpun terhadap akidah hulûl ”


“dan wahdah al-wujûd, hampir seluruh orang yang berada dalam tarekat al-Rifa‟iyyah memerangi dua akidah ini, ketika kesultanan Aceh dipegang oleh Iskandar Tsani, al-Raniri diangkat menjadi “Syaikh al-Islâm” bagi kesultanan tersebut. Ajaran Ahlussunnah yang sebelumnya sudah memiliki tempat di hati orang-orang Aceh menjadi bertambah kuat dan sangat dominan dalam perkembangan islam di wilayah tersebut, juga wilayah Sumatera pada umumnya. Faham-faham akidah Syi‟ah, terutama akidah hulûl dan ittihâd, yang sebelumnya sempat menyebar di wilayah tersebut menjadi semakin diasingkan. Beberapa karya yang mengandung faham dua akidah tersebut, juga para pemeluknya saat itu sudah tidak memiliki tempat. Bahkan beberapa kitab aliran hulûl dan ittihâd sempat dibakar di depan masjid Baiturrahman, dengan demikian dapat diketahui bahwa di bagian ujung sebelah barat Indonesia faham akidah Ahlussunnah dengan salah satu tarekat mu‟tabarah sudah memiliki dominasi yang cukup besar dalam kaitannya dengan penyebaran Islam di wilayah nusantara.

Di Palembang Sumatera juga pernah muncul seorang tokoh besar. Tokoh ini cukup dikenal di hampir seluruh daratan Melayu, dari tangannya lahir sebuah karya besar dalam bidang tasawuf berjudul Siyar al-Sâlikîn Ilâ'Ibâdah Rabb al-„Âlamîn. Kitab dalam bahasa Melayu ini memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan tasawuf di wilayah Nusantara[…]”


“Siria, Yordania, dan beberapa wilayah di daratan Syam, negara Yaman dianggap memiliki tradisi kuat dalam memegang teguh ajaran Ahlussunnah. Mayoritas orang-orang Islam di negara ini dalam fikih bermadzhab Syafi‟i dan dalam akidah bermadzhab Asy‟ari. Bahkan hal ini diungkapkan dengan jelas oleh para para tokoh terkemuka Hadlramaut sendiri dalam karya-karya mereka. Salah satunya as-Sayyid al-Imam'Abdullah ibn'Alawi al-Haddad, penulis ratib al- Haddad, dalam Risâlah al-Mu‟âwanah mengatakan bahwa seluruh keturunan as-Sâdah al-Husainiyyîn atau yang dikenal dengan Al Abi'Alawi adalah orang-orang Asy‟ariyyah dalam akidah dan Syafi‟iyyah dalam fikih. Dan ajaran Asy‟ariyyah Syafi‟iyyah inilah yang disebarluaskan oleh moyang keturunan Al Abi'Alawi tersebut, yaitu al-Imâm al-Muhâjir as-Sayyid Ahmad ibn'Isa ibn Muhammad ibn'Ali ibn al-Imâm Ja‟far ash- Shadiq. Dan ajaran Asy‟ariyyah Syafi‟iyyah ini pula yang di kemudian hari di warisi dan ditanamkan oleh wali songo di tanah nusantara.Suatu hari wali songo berkumpul membahas hukuman yang pantas untuk dijatuhkan kepada Syaikh Siti Jenar. Orang terakhir disebut ini adalah orang yang dianggap merusak tatanan akidah dan syari‟ah. Ia membawa dan menyebarkan akidah hulûl dan ittihâd dengan konsepnya yang dikenal dengan Manunggaling kawula gusti. Konsep[…]”
Sumber: perpusnas.go.id; Tasawuf dalam Naskah Melayu.

0 komentar:

Post a Comment