Bahaya, Beberapa Negara Melegalkan Ganja Medis
Beberapa negara bagian Amerika Serikat diketahui sudah melegalkan penjualan ganja medis. Setelah muncul rokok elektrik berisi ganja serta mesin penjual ganja otomatis, kini muncul varian ganja medis baru yang berbentuk mirip permen dan bisa dimakan.
Pakar kebijakan kesehatan dari Stanford Law School, Robert MacCoun, mengatakan bahwa produk terbaru ini sangat berbahaya karena dapat dikonsumsi anak-anak tanpa sengaja. Beratapa tidak, sebagian besar produk-produk tersebut dibungkus dengan warna menarik dan memiliki nama mirip produk makanan.
"Sangat mungkin anak-anak akan memakan produk ini, meskipun tanpa sengaja karena bentuknya yang mirip makanan anak-anak. Hal ini akan menjadi pengalaman trauma bagi mereka, bahkan beberapa penelitian bisa membahayakan nyawa," tutur MacCoung, dikutip dari Live Science, Senin (16/3/2015).
MacCoun merujuk kepada penelitian yang dilakukan pada tahun 2013. Di negara bagian Colorado, kasus anak-anak yang keracunan marijuana meningkat setelah marijuana medis dilegalkan. Peningkatkan juga terjadi pada kunjungan anak-anak ke rumah sakit akibat keracunan makanan.
Penelitian lain mengatakan bahwa ganja yang sudah diproses menjadi makanan memiliki kadar THC (tetrahydrocannabinol, zat yang menghasilkan efek melayang-layang) lebih tinggi 4 hingga 5 kali dari batas aman yang dapat ditanggung tubuh. Dikhawatirkan, efeknya akan sangat tidak baik untuk kesehatan.
"THC diproses secara berbeda ketika Anda mengonsumsi makanan olahan ganja. THC yang dicerna oleh lambung memiliki efek yang lebih kuat daripada ketika masuk ke tubuh melalui hisapan," tuturnya.
Untuk itu ia menyarankan agar ada perubahan signifikan di bungkus produk-produk makanan ganja, apalagi jika negara bagian tersebut sudah melegalkannya. Jika tidak diperhatikan, kebijakan legalisasi ganja ini akan berimbas tidak baik generasi mendatang.
"Seharusnya dibuat dengan dosis pemakaian yang standar. Perhatikan pula label peringatan, yang terpenting, bungkus produk ini tidak boleh mirip bungkus kue, permen atau minuman ringan," ungkapnya.
Pakar kebijakan kesehatan dari Stanford Law School, Robert MacCoun, mengatakan bahwa produk terbaru ini sangat berbahaya karena dapat dikonsumsi anak-anak tanpa sengaja. Beratapa tidak, sebagian besar produk-produk tersebut dibungkus dengan warna menarik dan memiliki nama mirip produk makanan.
"Sangat mungkin anak-anak akan memakan produk ini, meskipun tanpa sengaja karena bentuknya yang mirip makanan anak-anak. Hal ini akan menjadi pengalaman trauma bagi mereka, bahkan beberapa penelitian bisa membahayakan nyawa," tutur MacCoung, dikutip dari Live Science, Senin (16/3/2015).
MacCoun merujuk kepada penelitian yang dilakukan pada tahun 2013. Di negara bagian Colorado, kasus anak-anak yang keracunan marijuana meningkat setelah marijuana medis dilegalkan. Peningkatkan juga terjadi pada kunjungan anak-anak ke rumah sakit akibat keracunan makanan.
Penelitian lain mengatakan bahwa ganja yang sudah diproses menjadi makanan memiliki kadar THC (tetrahydrocannabinol, zat yang menghasilkan efek melayang-layang) lebih tinggi 4 hingga 5 kali dari batas aman yang dapat ditanggung tubuh. Dikhawatirkan, efeknya akan sangat tidak baik untuk kesehatan.
"THC diproses secara berbeda ketika Anda mengonsumsi makanan olahan ganja. THC yang dicerna oleh lambung memiliki efek yang lebih kuat daripada ketika masuk ke tubuh melalui hisapan," tuturnya.
Untuk itu ia menyarankan agar ada perubahan signifikan di bungkus produk-produk makanan ganja, apalagi jika negara bagian tersebut sudah melegalkannya. Jika tidak diperhatikan, kebijakan legalisasi ganja ini akan berimbas tidak baik generasi mendatang.
"Seharusnya dibuat dengan dosis pemakaian yang standar. Perhatikan pula label peringatan, yang terpenting, bungkus produk ini tidak boleh mirip bungkus kue, permen atau minuman ringan," ungkapnya.
Sumber berita DetikHealth
0 komentar:
Post a Comment