Thursday, September 11, 2014

Cerita : Penghinaan yang Memacu Balas Dendam yang Indah

Cerita : Penghinaan yang Memacu Balas Dendam yang Indah

dafont.com
Balas dendam terbaik bukanlah melihat musuh kita menderita atau setidaknya sama tersiksanya. Balas dendam terindah adalah menjadi lebih sukses dan bahagia dari mereka.

Teori tersebut benar terjadi pada kehidupan seorang pengusaha wanita asal Honolulu. Kathy Masunaga mengaku bahwa mantan suaminya selalu mencela hasil masakannya. “Dia sering menyakiti hatiku dengan mengatakan aku tidak akan pernah bisa memasak, bahkan ia mengatakan pada semua orang, masakanku rasanya menjijikkan,” terangnya.

Selama 25 tahun menikah, Masunaga merasa seperti seorang tahanan dibandingkan sebagai seorang istri. Alasannya tetap bertahan dengan suami yang kerap menyiksanya lewat ucapan menyakitkan adalah untuk dua orang putranya. Selain itu, Masunaga juga tak memiliki pekerjaan dan mendapatkan penghasilan hanya dari gaji bulanan mantan suaminya.

“Seringkali timbul kenekatan untuk membawa pergi dua putraku dan hidup seadanya, dalam tenda sekalipun,” jelasnya.

Lalu, pada tahun 2009 silam, Masunaga mengaku tak lagi memiliki kekuatan untuk tetap menjalani kehidupan dalam pernikahan yang tidak membuatnya bahagia. Akhirnya, dengan segenap kekuatan, ia pun melayangkan permintaan cerai!

Usai bercerai, Masunaga memilih mengisi waktu dan mengalihkan hatinya yang hancur dengan menyibukkan diri di dapur teman yang memiliki usaha katering. Kala itu, ia tak sengaja bereksperimen membuat makanan-makanan ringan seperti pie, brownies, dan kue cokelat. Seiring waktu, hobi barunya ini memperlihatkan hasil yang mengejutkan, baik untuk dirinya juga keluarganya.

Banyak orang mulai memuji kelezatan dan kegurihan kue buatan Masunaga. Mereka tergila-gila pada perpaduan buah dan adonan lainnya yang menyatu lalu menciptakan sensasi rasa dalam lidah.
Melihat respon positif tersebut, Masunaga memberanikan diri menjual aneka kue buatannya itu di pasar-pasar lokal dan festival akhir pekan. Hasilnya, banyak orang yang menghubungi Masunaga untuk memesan kue buatannya.

Berkat strategi pemasaran yang ia terapkan, popularitas kue Masunaga terus berkembang, dan otomatis  lonjakan profit membuat kondisi keuangan keluarganya jauh lebih baik dari sebelumnya. Bayangkan saja, Masunaga berhasil menjual sebanyak 500 – 600 pie setiap minggu.

Sekarang, dirinya telah memiliki enam orang staf, satu food truck, dan menyediakan pelayanan pesan antar.
Paham bahwa kesuksesannya ini berlandaskan rasa kecewa dan keterpurukan akibat perilaku buruk mantan suami, Masunaga pun mematenkan produk kuenya dengan nama “Sweet Revenge”.

Melihat perjalanan hidupnya yang penuh dinamika, Masunaga menganggap perceraian bukan sebagai kegagalan, melainkan permulaan yang baru. Tanpa malu-malu, ia mengakui bahwa perlakuan tidak menyenangkan dari suaminya masih “menghantuinya” hingga hari ini, tetapi sebagai motivasi untuk terus memacu diri menjadi lebih baik dan lebih tangguh dibandingkan masa lalu.

Sumber berita Kompas.com

0 komentar:

Post a Comment