Kisah Sukses Mendapatkan Beasiswa ke Belanda Berdua Pasangan
Berstatus pasangan suami istri bukan penghalang bagi Octal Pramudito dan Rika Nurmala Putri untuk mewujudkan impian mereka melanjutkan pendidikan ke luar negeri bersama-sama. Sejak masa pacaran hingga akhirnya menikah, keduanya mempunyai satu impian, yaitu melanjutkan studi S-2 ke Belanda.
Octal dan Rika bertemu untuk petama kalinya saat keduanya bekerja di Bappenas. Keduanya menikah pada 2011 silam.
Octal menuturkan, sejak sebelum menikah masing-masing memang sudah berencana melanjutkan sekolah master ke luar negeri. Lelaki kelahiran Semarang, 20 April 1984, itu mengakui bahwa kebetulan mereka juga sama-sama ingin melanjutkan studi ke Belanda.
"Oleh karena itu, setelah menikah, kami berdua mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendaftar beasiswa dan sekolah di Belanda bersama-sama," ujar Octal di Jakarta, Senin (16/2/2015).
Octal dan Rika memang berhasil meraih beasiswa Studeren in Nederland (StuNed) dan berkesempatan melanjutkan pendidikan S-2 di International Institute of Social Studies (ISS), Den Haag. Di salah satu bagian dari universitas ternama Belanda, Erasmus University, itu mereka menerima beasiswa penuh sebagai bentuk kerja-sama bilateral pemerintah Indonesia dan Belanda dalam bidang pendidikan yang dikelola oleh Netherlands Education Support Office Indonesia (Neso Indonesia).
Rika menuturkan, dengan tekad sama-sama ingin kuliah ke Belanda, mereka berdua mengaku pantang menyerah mencari program beasiswa yang menawarkan kuliah ke Negeri Kincir Angin itu. Upaya itu dibarengi dengan mencari informasi dari teman-temannya.
"Alhamdulillah, kami berdua diterima. Tidak terbayang sebelumnya, bahwa kami mendapatkan beasiswa yang sama, universitas yang sama dengan jurusan yang sama," kata Rika, perempua kelahiran Sumedang, 8 April 1984.
Namun demikian, lanjut Rika, kedua menyadari bahwa mendapatkan beasiswa juga bukan hal mudah. Perlu semangat tinggi dan tidak mudah menyerah dalam berusaha.
"Ada dua hal paling mendasar dan penting dalam mendapatkan beasiswa. Pertama, mempersiapkan segala persyaratan dalam mencari sekolah dan beasiswa. Kedua, mempersiapkan dokumen yang diperlukan, dan terakhir adalah persisten. Mencari beasiswa itu bukan hal mudah, tapi juga bukan hal mustahil. Cuma butuh konsistensi dan semangat pantang menyerah," tutur Rika.
Hidup hemat
Setelah mendapat pengumuman menjadi Stuned Awardees, Octal dan Rika mulai menyiapkan berbagai hal terkait keberangkatan dan tinggal di Belanda. Salah satu persiapan itu adalah tempat tinggal.
Rika menuturkan, hal pertama mereka lakukan adalah menghubungi pihak kampus di Belanda. Dia menanyakan adanya kemungkinan kampus tersebut menyediakan Student Hostel dan ada tidaknya kamar untuk pasangan.
"Kebetulan sekali, kampus kami menyediakan Student Hostel dan juga terdapat satu kamar untuk pasangan yang menurut kami cukup ideal. Ya sudah, kami segera booking kamar itu dan tidak perlu mencari tempat tinggal di tempat lain," timpal Rika ihwal pengalaman pertamanya itu.
Octal ikut menimpali. Dia mengatakan, bahwa sistem Student Hostel sangat memberikan keuntungan pada pasangan suami istri yang menuntut ilmu di situ.
"Student Hostel itu mendapatkan subsidi dari kampus sehingga biaya kamar jadi lebih murah dibandingkan di pasaran. Ditambah lagi, kami ini kan tinggal berdua, otomatis dengan allowance dua itu kami hanya membayar sewa satu kamar. Itu sangat menguntungkan bagi kami," kata Octal.
Dia menambahkan, tempat tinggal berdekatan dengan kampus membuat pengeluarannya bisa lebih dihemat lagi. Apalagi, tempat menetapnya itu dekat dengan pusat kota.
"Hanya bermodal sepasang kaki, kami bisa sampai ke kampus atau supermarket," ujar Octal.
Rika menambahkan, salah satu cara lain untuk hidup berhemat adalah memasak sendiri ketimbang membeli makanan dari restoran. Hal tersebut rupanya termasuk salah satu kegiatan yang bisa mereka lakukan bersama-sama.
"Sebenarnya, susah sekali memisahkan waktu pribadi dengan waktu kampus, karena jadwal kampus sangat padat sehingga waktu pribadi sering tersita oleh kampus. Setiap ada waktu kosong, kami manfaatkan untuk berbelanja bahan makanan ke supermarket dan pasar," kata Rika.
Namun, Rika mengakui, kala waktu senggang, kedua sering mengunjungi restoran Indonesia di Den Haag. Tak lain, demi mengobati rasa kangennya terhadap masakan di kampung halaman.
(NYIMAS DIAN FITRIANI/ALUMNI NUFFIC NESO INDONESIA)
Octal dan Rika bertemu untuk petama kalinya saat keduanya bekerja di Bappenas. Keduanya menikah pada 2011 silam.
Octal menuturkan, sejak sebelum menikah masing-masing memang sudah berencana melanjutkan sekolah master ke luar negeri. Lelaki kelahiran Semarang, 20 April 1984, itu mengakui bahwa kebetulan mereka juga sama-sama ingin melanjutkan studi ke Belanda.
"Oleh karena itu, setelah menikah, kami berdua mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendaftar beasiswa dan sekolah di Belanda bersama-sama," ujar Octal di Jakarta, Senin (16/2/2015).
Octal dan Rika memang berhasil meraih beasiswa Studeren in Nederland (StuNed) dan berkesempatan melanjutkan pendidikan S-2 di International Institute of Social Studies (ISS), Den Haag. Di salah satu bagian dari universitas ternama Belanda, Erasmus University, itu mereka menerima beasiswa penuh sebagai bentuk kerja-sama bilateral pemerintah Indonesia dan Belanda dalam bidang pendidikan yang dikelola oleh Netherlands Education Support Office Indonesia (Neso Indonesia).
Rika menuturkan, dengan tekad sama-sama ingin kuliah ke Belanda, mereka berdua mengaku pantang menyerah mencari program beasiswa yang menawarkan kuliah ke Negeri Kincir Angin itu. Upaya itu dibarengi dengan mencari informasi dari teman-temannya.
"Alhamdulillah, kami berdua diterima. Tidak terbayang sebelumnya, bahwa kami mendapatkan beasiswa yang sama, universitas yang sama dengan jurusan yang sama," kata Rika, perempua kelahiran Sumedang, 8 April 1984.
Namun demikian, lanjut Rika, kedua menyadari bahwa mendapatkan beasiswa juga bukan hal mudah. Perlu semangat tinggi dan tidak mudah menyerah dalam berusaha.
"Ada dua hal paling mendasar dan penting dalam mendapatkan beasiswa. Pertama, mempersiapkan segala persyaratan dalam mencari sekolah dan beasiswa. Kedua, mempersiapkan dokumen yang diperlukan, dan terakhir adalah persisten. Mencari beasiswa itu bukan hal mudah, tapi juga bukan hal mustahil. Cuma butuh konsistensi dan semangat pantang menyerah," tutur Rika.
Hidup hemat
Setelah mendapat pengumuman menjadi Stuned Awardees, Octal dan Rika mulai menyiapkan berbagai hal terkait keberangkatan dan tinggal di Belanda. Salah satu persiapan itu adalah tempat tinggal.
Rika menuturkan, hal pertama mereka lakukan adalah menghubungi pihak kampus di Belanda. Dia menanyakan adanya kemungkinan kampus tersebut menyediakan Student Hostel dan ada tidaknya kamar untuk pasangan.
"Kebetulan sekali, kampus kami menyediakan Student Hostel dan juga terdapat satu kamar untuk pasangan yang menurut kami cukup ideal. Ya sudah, kami segera booking kamar itu dan tidak perlu mencari tempat tinggal di tempat lain," timpal Rika ihwal pengalaman pertamanya itu.
Octal ikut menimpali. Dia mengatakan, bahwa sistem Student Hostel sangat memberikan keuntungan pada pasangan suami istri yang menuntut ilmu di situ.
"Student Hostel itu mendapatkan subsidi dari kampus sehingga biaya kamar jadi lebih murah dibandingkan di pasaran. Ditambah lagi, kami ini kan tinggal berdua, otomatis dengan allowance dua itu kami hanya membayar sewa satu kamar. Itu sangat menguntungkan bagi kami," kata Octal.
Dia menambahkan, tempat tinggal berdekatan dengan kampus membuat pengeluarannya bisa lebih dihemat lagi. Apalagi, tempat menetapnya itu dekat dengan pusat kota.
"Hanya bermodal sepasang kaki, kami bisa sampai ke kampus atau supermarket," ujar Octal.
Rika menambahkan, salah satu cara lain untuk hidup berhemat adalah memasak sendiri ketimbang membeli makanan dari restoran. Hal tersebut rupanya termasuk salah satu kegiatan yang bisa mereka lakukan bersama-sama.
"Sebenarnya, susah sekali memisahkan waktu pribadi dengan waktu kampus, karena jadwal kampus sangat padat sehingga waktu pribadi sering tersita oleh kampus. Setiap ada waktu kosong, kami manfaatkan untuk berbelanja bahan makanan ke supermarket dan pasar," kata Rika.
Namun, Rika mengakui, kala waktu senggang, kedua sering mengunjungi restoran Indonesia di Den Haag. Tak lain, demi mengobati rasa kangennya terhadap masakan di kampung halaman.
(NYIMAS DIAN FITRIANI/ALUMNI NUFFIC NESO INDONESIA)
Sumber berita KOMPAS.com
0 komentar:
Post a Comment