perpusnas.go.id
Gita Sinangsaya; Edisi Teks dan Terjemahan Online adalah buku digital dalam format EPUB dan FlipBooks yang ditampilkan dalam format 3D yang bisa dibuka-buka (flipping). Silahkan Klik gambar bukunya untuk langsung terhubung dengan file onlinenya (digital). Untuk baca ebook lainnya Klik Ebook.
PC baca file EPUB dapat Unduh Drivernya dihttp://www.epubread.com/en/. Untuk Smartphone dapat unduh drivernya di Play Store (UB epub reader).
"Gunung Damalung atau sekarang dikenal dengan nama gunung Merbabu, pada masanya mempakan tempat berlangsungnya tradisi penulisan naskah-naskah yang sekarang dikenal dengan koleksi naskah Merapi Merbabu (selanjutnya disingkat MM). Bahkan ada sebuah hipotesa yang menyebutkan, bahwa kegiatan penyalinan naskah di daerah ini mungkin sudah dimulai sewaktu Mataram Kuna--dibuktikan dengan adanya teks Ramayana dan alasan keunikan paleografi--selanjumya kegiatan ini menginspirasi produksi sastra keraton Kartasura, Surakarta dan Yogyakarta (Van der Molen dan Wiryamartana, 2001: 55).
Koleksi naskah MM ditemukan sekitar tahun 1820 di lereng barat gunung Merbabu, lalu pada sekitar tahun 1852 dibeli oleh Bataviaasch Genootschap dan sekarang menjadi koleksi Perpustakaan Nasional RI (Van der Molen, 2011: 135). Khasanah naskah MM dahulu mempakan milik Ki Ajar Windusana, seorang pendeta Hindu yang tinggal di lereng gunung Merbabu, Karesidenan Kedu, dan diperkirakan meninggal sebelum tahun 1759 M (ibid. hal. 139). Naskah-naskah milik Ki Ajar Windusana ditulis di wilayah pegunungan di Jawa Tengah sekitar Merapi dan Merbabu, termasuk gunung Tilamaya, Ungaran dan Sumbing.
Pada tahun 1852 Friederich melaporkan bahwa naskah MM di Bataviaasch Genootschap berjumlah 357 naskah, 27 naskah ditulis dalam tulisan Jawa, 330 lainnya ditulis dalam tulisan kuno (Bleeker, 1852:6). Menurut Katalog Naskah Merapi-Merbabu (Setyawati dkk., 2002), jumlah koleksi naskah MM di Perpustakaan Nasional R1 saat ini berjumlah sekitar 390 buah. Sebagian besar aksara dalam naskah MM yang menurut Friederich adalah tulisan kuno disebut aksara Buda atau aksara Gunung (Pigeaud, 1970: 53-54). Menurut Ranggawarsita dalam naskah KBG 208 halaman 8 aksara tersebut digunakan oleh para ajar di gunung-gunung.
Bentuk teks naskah MM beragam: parwa, kakawin, kidung, dan lain-lain. Beberapa teks yang pemah diterbitkan menggunakan koleksi MM antara lain: Nitisastra oleh Poerbatjaraka (1933), Arjunawijaya oleh Soepomo (1977), Kunjarakama oleh Willem van der Molen (1983) diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia tahun 2011 dan Arjunawiwaha oleh I. Kuntara Wiryamartana (1990). Teks-teks yang diterbitkan tersebut baru yang berbentuk kakawin dan parwa, sedangkan kidung dari koleksi MM belum mendapat perhatian. Sepengetahuan saya baru satu teks kidung yang sedang dikerjakan tetapi belum terbit edisinya yaitu Kidung Surajaya oleh Kartika Setyawati.
Buku ini bertujuan untuk menerbitkan kidung berjudul Gita Sinangsaya dari tradisi MM sebagai bentuk perhatian saya terhadap naskah MM karena keunikan kelangkaannya, khususnya kidung. Bab pertama berisi pengertian kidung dan tujuan penulisan. Bab kedua, mendeskripsikan tiga naskah Gita Sinangsaya, menggali informasi di dalam teks dan naskah tentang penulis dan penyalin, tempat penulisan dan penyalinan serta waktu penulisan dan penyalinannya.
Selanjutnya dilakukan perbandingan tiga teks dengan mengikuti pendekatan yang dilakukan Van der Molen (2011), berdasarkan kesalahan dan campur tangan penyalin. Dalam perbandingan ini ditambahkan tentang ejaan yang khas dan sedikit tentang tembang. Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui sifat penurunan teks dan mendapatkan teks yang menjadi landasan dalam edisi kritik dan terjemahan. Tidak ketinggalan disajikan ikhtisar teks dalam bab ini dan metode yang digunakan dalam penyajian.
Bab tiga adalah terbitan edisi diplomatik dari ketiga teks Gita Sinangsaya. Bab empat menyajikan edisi kritik dan terjemahan Gita Sinangsaya serta catatan atas edisi kritik dan terjemahan. Pedoman alih aksara disajikan dalam lampiran." sumber;perpunas.go.id (Gita Sinangsaya; Edisi Teks dan Terjemahan)
No comments:
Post a Comment