pentinggaksihh.blogspot.com |
Untuk menangani pasien henti jantung mendadak (HJM), tak perlu repot-repot menunggu tim medis. Orang awam pun bisa melakukan pijat jantung agar pasien henti jantung tak keburu meninggal sebelum dokter atau tim medis tiba.
Pertolongan yang dilakukan sebetulnya ada dua macam, yaitu resusitasi jantung atau CPR dan penggunaan alat kejut listrik atau AED (Automated External Defibrillator). Bedanya, alat kejut listrik hanya dapat dioperasikan oleh orang awam yang sudah terlatih khusus untuk menggunakan AED.
"Minimal dengan BHD (Bantuan Hidup Dasar), yaitu pijat jantung atau resusitasi. Tapi sebelumnya, kita harus tahu betul bagaimana gejala orang dengan henti jantung itu," ungkap Dr dr Budi Yuli Setianto, SpPD(K), SpJP(K) dalam acara bedah buku 'Peran Awam dalam Kasus Henti Jantung Mendadak' di Perpustakaan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, seperti ditulis Kamis (28/8/2014).
Untuk itu hal pertama yang harus dilakukan ketika menemui pasien yang diduga HJM adalah melihat respons pasien. Biasanya dengan dipanggil, entah menggunakan nama atau panggilan sesuai umur maupun jenis kelamin seperti 'Pak, Bu, Mbah, Lik'.
Kalau pasien tidak merespons, goyangkan badannya, lalu kasih tepukan. Namun jika pasien masih kunjung tidak memberikan respons, Anda harus mulai curiga, jangan-jangan itu adalah HJM.
"Kita lihat tanda-tanda kehidupannya. Itu ada tiga, yaitu kesadaran, nafas dan sirkulasi atau pembuluh nadi. Untuk sirkulasi, cek di artekarotis (leher) dengan dua jari. Diraba tapi tak boleh lebih dari 10 detik. Kalau ketiga itu tidak ada berarti jelas henti jantung ini. Tidak usah ragu-ragu, pasiennya ditelentangkan di alas yang keras, kita kompresi," tegas dr Budi.
Mengapa penderita HJM harus diletakkan di atas alas yang keras saat mendapatkan resusitasi? dr Budi mengungkapkan meskipun pasien mengalami HJM di tempat tidur, sangat tidak disarankan untuk melakukan kompresi di tempat yang sama
Karena waktu kita kompresi (di atas tempat tidur), badan pasien akan mentul (memantul) dan jantung tidak tergencet. Padahal tujuan kompresi adalah untuk mengganti pompa, mengingat HJM itu kan jantungnya berhenti memompa secara mendadak," jelasnya.
dr Budi menambahkan orang awam tak perlu memikirkan apakah henti jantung yang ia temui tergolong ke dalam yang bisa dikejut listrik atau tidak. "Kecuali kalau dikenali HJM dan ada AED, waktunya juga kurang dari 4 menit, kita bisa pake itu. Tetapi kalau tidak ada AED, begitu pasien jatuh, nggak usah peduli menitnya langsung dikompresi," imbuhnya.
Setidaknya dengan pijat jantung luar saja, persentase kesembuhan pasien HJM bisa mencapai 14 persen. Sedangkan pijat jantung yang dikombinasikan dengan alat kejut listrik dapat meningkatkan peluang kesembuhan pasien hingga 25 persen.
Sumber berita DetikHealth
No comments:
Post a Comment